Sikap di Dua Pilihan

 



Tahukah kamu? Pembaca tulisan mengenai hiruk-pikuk jatuh cinta yang suka tidur malam karena menghabiskan waktunya untuk sekedar melihat ada apa hari ini dan ada tulisan apa hari ini untuk mengisi suasana hatimu.

Ketahuilah bahwa cinta akan selalu memberi kita dua pilihan; bertahan demi menumbuhkannya, membesarkan dan kita hidupi perasaan itu, atau membiarkannya sekejap datang lalu pergi berlalu?

Datangnya cinta seperti saat kamu menunggu datangnya buah durian. Kamu tidak dapat memprediksi kapan buah durian itu akan jatuh. Dan kamupun tidak bisa memprediksi apakah buah durian yang jatuh itu menyelamatkan orang lain dengan daging buahnya atau malah melukai siapapun? Yang jelas, jatuhnya buah durian pasti ada hal yang harus dikorbankan untuk menjadi luka, konkrit. Jika kamu tidak percaya, lalu bagaimana dengan rerumputan kecil dibawahnya? Apakah kamu melupakan para rerumputan kecil yang patah akibatnya? Sama seperti halnya datangnya rasa jatuh cinta. Mau datang atau tidaknya itu, kita tidak dapat memprediksi maupun menghindari.

Ngomongin arah datangnya jatuh cinta, hal itu sering muncul begitu saja. Ada yang karena peristiwa sesuatu menjadikan dada berdebar-debar, atau muncul ketika sering berkabar-kabar.

Saat rasa itu muncul di dada, yang ada di dalam benakmu adalah bahwa kamu menyukainya, tanpa dasar. Karena memang saat kita mendapatkan perasaan itu, kita seringkali melupakan kriteria. Perasaan jatuh cinta yang datang secara tiba-tiba sudah selayaknya sangat sulit untuk dijelaskan menggunakan logika.

Namun, dalam kepemilikan akan datangnya rasa, disaat itulah ada sikap di antara dua pilihan. Pilihan dalam menyikapi datangnya jatuh cinta. Pilihan itulah kamu harus menentukan dan harus berani bertanggung jawab dalam memutuskan. 

Karena pada dasarnya, jatuh cinta bukanlah pilihan.

Seperti saat perasaan itu datang menghantui, dan para kamu sering tak menyadari bahwa kamu sudah terjebak dalam sarang laba-labanya. Tak menyadari juga bahwa kamu di dalam pengaruh benang bonekanya.  Terperangkap tak berkutik, seolah perasaan adalah dalangnya dan kamu hanyalah wayang kulit yang menjalankan lakon sesuai perintah dalang. Namun, bedanya kamu tak menyadari bahwa kamu telah menjadi wayang kulit yang melakoni setiap perintah dari dalang.

Kamu mungkin tak menyadari bahwa kamu sudah memendam kangen apabila tidak ada kabar tentang orang yang kamu rasa, dan saat itu juga kamu merasakan sedikit perih di dada saat kamu melihat dia tertawa dengan orang yang tentunya bukan kamu seorang. 

Perasaan yang menghantui itu tidak dapat kamu hindari. Menghadapinya membutuhkan sikap yang dimana kamu tak dapat mengambil dua pilihan. 

Hanya satu.

Yakni apakah kamu akan mengungkapkan perasaan yang tak kamu sadari kamu melakonkannya itu, atau kamu simpan dan kunci rapat-rapat dalam labirin hati sampai mati.

Meskipun kamu hanyalah wayang kulit dan perasaanmu seperti dalang yang menentukan cerita, namun tetap saja kamu sendiri menentukan apakah kamu ingin hidup sebagai wayang kulit atau mengembang dan berevolusi menjadi wayang orang. Kamulah penentunya.

Ada lagi perasaan yang sering membuat lakon terhadapmu, seperti terculik, lalu di jual ke negara sebelah melalui kontainer tertutup yang dimana supir kontainer tersebut telah menyuap beberapa oknum jahat nan licik pemerintah demi kelancaran jual-beli dirimu melalui jalur laut untuk mencapai tempat tujuan. Disana kamu dikeluarkan dari kontainer, dengan mata yang ditutupi kain yang seperti taplak meja, tangan diikat menggunakan tali tambang bersama dengan para teman-temanmu yang sama-sama diculik oleh perasaan jatuh cinta. Para kamu berjalan beriringan, menuju ke majikan yang dimana majikanmu inilah adalah orang yang kamu rasa. Disaat semua transaksi jual-beli telah selesai, kamu telah resmi menjadi budak cinta.

Hal inilah yang membuat kamu seringkali menjadikan rasa cinta sebagai alasan untuk melakukan segalanya dan merelakan semua pengorbanan keringat, darah, dan air matamu hanya untuk membuat si majikan berbahagia. Bersikap di dua pilihan, apakah kamu akan tetap menjadi budak dengan melakukan segalanya demi majikan senang, atau kamu berontak dan kabur dari istana dan menjadi pengembara? Kamulah penentunya.

Disaat kamu yang memilih untuk tetap menjadi budak demi majikan senang, namun tak banyak yang menyadari bahwa sudah seringkali kamu tersakiti tapi tetap bertahan demi cintamu yang setengah mati. 

Meskipun dengan cinta yang tanpa pamrihmu itu kamu mengatakan di depan cermin setiap pagi saat kamu selepas mandi, meskipun begitu bukan berarti kamu harus mempertahankan hal yang memang itu menyakitimu, bukan?

Menyenangi seseorang memiliki makna dan arti tersendiri bagi setiap orang. Setiap orang pun memiliki pendapat dan perspektif masing-masing yang saling berbeda namun berkaitan. Tetapi dari semua itu, sepertinya semesta memaksa kita untuk sepakat bersama bahwa menyenangi seseorang artinya membuka suatu jalan yang baru untuk menyenangi diri sendiri dengan menyenanginya. Artinya, kita membuat diri kita senang atau bahagia dengan cara membahagiakan. Tentu saja inilah makna dari menghidupi cinta.

Seperti jebakan laba-laba, hanya ada dua pilihan; pasrah atau memberontak namun menyakitkan harus melawan laba-laba. Jebakan itulah yang membuatku tak dapat menebak kapan, semakin lama berpikir kapan hingga tak sadar kembali aku sudah terjerat lagi di dalamnya. Namanya pun soal perasaan, tak dapat kuatur meskipun kugunakan logika kepala. Sudah kukatakan akal pikiranku sedang tidak professional dalam melakukan kinerjanya. Sepertinya perlu pembekalan diklat yang lebih mendalam untuk kinerja otak dalam menghadapi jebakan jatuh cinta.

Tapi secara aku sadar, aku masih punya kendali dalam mengelola rasa. Jika jatuh cintaku bukan pilihan untuk padamu, apa yang harus aku lakukan setelahnya adalah penentuku. 

Begitu juga saat aku merasa patah hati akibat kamu yang tanpa kabar dan setelahnya tertawa berfoto-ria bersama dengan yang pasti bukan aku, hanya ada dua pilihan; melupakan dengan berpikir hal positif, anggap saja kawan-kawan sekitar adalah pendukung kehidupanmu yang memang layak untuk berada di sekitarmu. Karena mencintai itu bukanlah dunia serasa milik berdua. Namun mencintai itu adalah dunia milikku dan kehidupanku, begitupun dunia milikmu dan kehidupanmu, lalu bersatu padu dan membaur menjadi satu. Itulah mencintai.

Jadi, jika suatu hari dirimu patah hati, atau diriku salah satu dari peristiwa tidak menyenangkan itu, aku masih punya teman, keluarga, sahabat, hewan peliharaan, dan hal lain yang dapat menyenangkan hatiku selain personamu. Begitupun dirimu jika suatu saat aku tak semenyenangkan bagimu, kamu dapat kembali ke kehidupan asalmu.

Atau aku harus mengambil pilihan untuk memelihara luka, yang setiap hari kutepuk bantal dan kuremas sprei kasur seperti saat sepasang suami istri baru menikah sedang menjalankan bulan madunya. Bedanya, disini suasananya menyedihkan. Setiap hari murung, membaca quotes galau dan share lewat instastory demi untuk menggambarkan suasana hati. Dan setiap hari pula, dalam kesunyian di tengah keramaian, dalam tangisan di setiap perjalanan roda dua, aku mengeluhkan "Seandainya...".

Semuanya, bergantung pada sikap mana aku memilih mengambil tindakan, tentunya menyikapi soal perasaan.

Komentar