Makna Dari Mendekati

 



Apa kamu tahu bagaimana seharusnya kita bersikap saat jatuh cinta? 


Jatuh cinta memang bukan perkara mudah, namun juga tidak berarti jatuh cinta itu sesulit yang kamu pikirkan. Apa yang sulit sebenarnya bukanlah jatuh cinta, melainkan bagaimana kita harus berkomitmen terhadap orang yang kita sayang dengan keadaan yang menerpa. 

Lalu, bagaimana perspektif darimu terhadap pandangan mengenai jatuh cinta?

Bagiku, jatuh cinta itu adalah sederhana. Bukan suatu perkara mudah namun juga bukan suatu perkara yang sulit. Kita hanya harus bertemu, menatap matamu dalam-dalam dengan penuh keyakinan, mengucapkan nama, atau menanyakan kabar, duduk berdua sembari mengucapkan rasa syukur akan cuaca yang cerah hari ini sehingga kita dapat duduk berdua menikmati panasnya terik matahari sehingga aku dapat memesankanmu es yoghurt campur buah strawberry yang masih merah merona seperti bibirmu yang menggoda untuk dikecup, atau semisal cuaca sedang mendung dan berakhir hujan yang begitu deras, ucapkan syukur juga karena kita masih dapat bertemu duduk berdua di dalam cafe dengan minuman yoghurt di depan dadamu, lalu kamu menyeruputnya dan aku bertanya "Bagaimana rasanya?" dengan harapan kamu menjawab "Sangat enak, dan sangat nyaman". 

Aku sangat senang saat aku dapat melihat pola tingkahmu yang sering menggaruk hidung yang tak gatal. Mungkinkah kamu merasakan yang sama atau memang hidungmu gatal? 

Atau saat dimana kamu bermain bibir bawah menggunakan jarimu, itupun kamu tak sadar melakukannya. Hal-hal seperti itu yang bagiku membuat pertemuan kita semakin berkesan dan tak terlupakan.

Saat bertemu denganmu, duduk berdua menemanimu menikmati segelas yoghurt dingin dengan extra susu kental manis dan beraneka aksesori minuman yang menyenangkan hatimu itu membuatku belajar banyak hal. Hal-hal baru inilah menjadikanku sedikit memahami bahwa jatuh cinta itu berbeda dengan benar-benar mencintai. 

Jatuh cinta sebenarnya memiliki arti menjatuhkan diri, seperti saat kita berjalan di jalan raya yang penuh dengan kepulan asap kendaraan. Di sebelah kiri bagian trotoar dipenuhi oleh pedagang kaki lima menjajakan dagangannya untuk menghidupi cinta di rumahnya, mereka meneteskan peluh keringat dan terik matahari yang menyengat kulit sawo matang mereka untuk semuanya demi cinta. Di sebelah pedagang kaki lima terdapat bapak tua yang menjajakan beberapa bungkus rokok di depan dadanya, menawarkan ke beberapa orang yang hinggap di trotoar, bapak itu sembari menghisap kretek di mulutnya sembari turut menawarkan dengan keringat yang muncul dan terserap oleh kaos partai, tak mengeluh dan tak berhenti bekerja, hal itu karena bapak penjaja rokok sedang menghidupi cinta, entah untuk menghidupi cinta putrinya yang ingin kursus menari, atau membelikan jersey bola untuk putra kesayangannya, atau membelikan anting baru untuk mempercantik istrinya saat bepergian. Bahkan mungkin saja bapak itu menghidupi cinta di rumahnya dengan membelikan beberapa kudapan lezat nan mewah dan sedikit kebohongan dengan berkata "Silahkan dimakan, bapak sudah kenyang dan sudah pernah memakannya.". Bahkan untuk menghidupi cinta, banyak orang yang rela dirinya berdosa dengan membohongi orang yang kita cinta.

Begitulah jatuh cinta, melakukan apa saja demi menghidupi yang dicinta. Dan disaat kita mampu bertahan, seberapa banyak peluh yang sudah kita keluarkan hingga merelakan diri kita hanya untuk menghidupi cinta, disaat itulah kita bisa menganggapnya benar-benar cinta.

Karena memang, orang yang ingin tinggal dalam hati kita, dialah orang yang akan selalu menjadi bodoh untuk mencari cara mengamankan tempat tinggal nyamannya.

Seperti halnya aku yang mengakui bahwa aku jatuh cinta padamu, meskipun aku belum mengakui bahwa aku benar-benar mencintaimu. Kita tunggu saja, bagaimana semesta bekerja untukku, apakah membiarkanku hanya sekedar menjatuhkan diri atau mengorbankan diri.

Cinta memang seringkali membuat kita menjadi mabuk kepalang. Seperti halnya satu batang rokok bagi para perokok berat, baginya tak masalah jika "barang berharganya" memiliki harga yang sangat mahal, mereka rela banting tulang dua kali lipat; demi untuk cinta di rumah dan demi cinta untuk paru-parunya. 

Bagaimana bisa cinta untuk paru-parunya namun malah merokok yang notabene memberi penyakit dan kerugian yang lebih besar untuk paru-parunya? 

Kita tidak tahu apakah memang dirinya (perokok) dan paru-parunya sedang menjalin hubungan yang benar-benar cinta. Dirinya bekerja banting tulang dua kali lipat dan bahkan rela tidak makan daging ayam geprek yang selalu kamu bayangkan kelezatan sambal matah berlapis di sela-sela dagingnya itu. Paru-parunya pun tak kalah untuk benar-benar cinta, dia rela menghitam dan mengkerut, menerima banyak sekali zat karbon yang sangat dibencinya namun tetap diterimanya.

Kita sering tak menyadari, sosok benar-benar cinta itu ada, dan berada di sekitar kita.

Begitulah arti dari benar-benar cinta yang berbeda dengan bagaimana itu jatuh cinta.

Jatuh cinta hanya seperti hidup di dunia fantasi. Membayangkan ke depan bahkan jauh kedepan bagaimana rencanaku nanti bersamamu. Aku membayangkan akulah Ksatria tampan dari negeri dongeng Hastinapura Kerajaan Kuru sambil membawa Panah Pasupati dan Busur Gandiwa. Seiring aku berjalan menuju arahmu menggunakan panji berlambang Hanoman, kamu lah si Subadra yang lahir sebagai priyayi Jawa dengan paras cantik, anggun, dan lemah lembut itu. Kita bertemu, saling jatuh cinta yang akhirnya menjadi benar-benar cinta. Tekadku yang sekuat baja dan kamu pun tak putus-putus berusaha menjadikan kita pantas berbangga dapat melewatkan beberapa purnama demi purnama untuk bersama. Kita saling berjuang karena kita saling mengerti bahwa akan sia-sia jika sang Arjuna dan Putri Subadra tak punya niat ingin bertahan. Aku dan kamu si Putri Subadra dalam lakon imajinasi jatuh cintaku adalah pasangan yang penuh romansa hingga kita lupa pada jalan panjang yang penuh ketidakpastian yang akan menguji kadar cinta kita. Hingga akhirnya pun kita menikah, lalu hidup bahagia selamanya dengan putra hasil romansa dan kemesraan kita, Prabu Abimanyu yang sungguh menggemaskan dan lucu yang akan meneruskan tahta Yudistira kita. Setiap pagi aku selalu mengecup tengkukmu saat kamu membuatkan sarapan untuk menghidupkan cinta. Jika nantinya hubungan kita tak sehangat dulu saat aku sedang kuat-kuatnya memanah rusa dengan Panah Pasupatiku, bersandarlah di pundakku, genggam tanganku dan mari kita mengulang kenangan yang pernah kita miliki, seperti saat aku berciuman untuk pertama kali atau saat kamu mendekapku erat di hujan deras yang menerjang sambil membisikkan "Dekaplah aku kuat-kuat, aku tak ingin kehilanganmu, Ksatriaku." padaku.

Begitulah jatuh cintaku, yang saat ini sedang liar-liarnya berimajinasi dalam pikiranku tentangmu. Begitulah mengapa aku mengakuinya ada.

Disaat aku sedang mendekatimu, disaat itu pula aku ingin menemukan alasanku bergerak dari jatuh cinta menjadi benar-benar cinta. Meskipun semuanya berkait tentang perasaan, hubungan cinta perlu mengandalkan logika agar semuanya tetap baik-baik saja. Apakah aku siap mencintai kelebihanmu atau siapkah aku menciptakan suasana dimana kita saling belajar untuk menerima dan mengubah ego masing-masing dari kita? 

Karena hubungan cinta tak bisa dijalani dengan buta. 

Dan suatu saat nanti, entah pukul berapa, entah hari itu sedang bercuaca cerah atau mendung gelap hingga orang-orang lalu-lalang mengangkat baju-baju setengah basah mereka dari tempat berjemur pakaian, disaat kebetulan waktu yang menyenangkan itu dimana aku sudah menemukan alasan mengapa aku harus benar-benar cinta, satu-satunya yang akan aku lakukan adalah berjuang menjadi "kita".


Komentar